Headlines News :
Home » » Komunikasi Iman

Komunikasi Iman

Written By Kireina on Wednesday, November 9, 2011 | 2:05 AM

Bisa kita bayangkan apa yang terjadi, sekiranya para murid Yesus tidak percaya bahwa Yesus yang telah disalibkan dan dimakamkan, telah bangkit, dan kalau mereka tidak menerima Roh Kudus. Mereka pasti kembali ke kampung halaman mereka seperti kedua murid dari Emmaus itu, dan kembali ke pekerjaan mereka sebelum dipanggil Yesus sebagai penjala ikan. Dan kalau begitu, selesailah riwayat Yesus dan karya penyelamatanNya di dunia. Tetapi bukan demikian; karena didorong oleh kepercayaan yang kuat akan kebangkitan Yesus, dengan berani dan gigih mereka mewartakan Kristus ke seluruh dunia, mereka mengkomunikasikan dan membagikan iman mereka.

Demikian juga sekiranya para misionaris dari Belanda dan Jerman tidak datang ke daerah kita ini, bagaimana kita dapat mengenal Kristus. Dan kita tahu, misi katolik kepada pribumi di Tapanuli dan Nias dimulai dengan orang-orang muda yang mengecap pendidikan di sekolah katolik di Sibolga. Ketika pulang kampung, mereka menceriterakan kepada orang-orang sekampungnya pengalaman mereka dengan para misionaris. Orang-orang sekampung merasa tertarik kepada para misionaris itu dan memanggil para misionaris itu untuk datang mengunjungi mereka. Mereka mau menjadi katolik. Demikian akhirnya Pemerintah Belanda memberi izin kepada misionaris katolik untuk menyebarkan agama katolik di desa-desa di Tapanuli dan di Nias. Sekiranya orang-orang muda ini tidak berceritera dan membagikan pengalaman mereka di sekolah yang diasuh Suster, mungkin para misionaris tidak datang ke kampung-kampung untuk mewartakan Kristus dan kita yang hidup sekarang ini tidak mengenal Kristus.

Sejarah Gereja ini menyatakan kepada kita betapa pentingnya kita komunikasikan atau bagikan kepada orang lain iman yang kita miliki sebagai kekayaan kita. Yesus sendiri berpesan supaya para murid mewartakan apa yang diimaninya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segla makhluk” (Mk 16,15). Dan sebelum Yesus naik ke surga, dia berpesan kepada para muridNya: “Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1,8). Kita semua diajak untuk mewartakan Kristus yang kita imani dan untuk memberi kesaksian atas apa yang kita imani. Artinya kita diajak untuk tidak menyimpan apa yang kita imani untuk diri sendiri saja, tapi membagikan atau komunikasikannya kepada orang lain.

Maka amat tepatlah tema yang dipilih untuk peringatan 50 tahun Gereja Katolik di Keuskupan Sibolga sejak menjadi Prefektur Apostolik: “Jadilah Saksi Kristus”. Kita umat katolik di Keuskupan Sibolga merasa wajib untuk memberi kesaksian akan Kristus yang kita imani dan ikuti. Kita dapat mengkomunikasikan iman kita melalui tulisan di koran atau majalah, melalui radio atau televisi, melalui HP dan tentunya melalui perjumpaan kita dengan orang lain. Tapi kesaksian dan pewartaan yang lebih ampuh ialah dengan perbuatan nyata. Rasul Paulus berkata: “Iman bekerja oleh kasih” (Gal 5,6). Berarti dengan mengamalkan kasih kita menyatakan bahwa iman kita tidak tidur atau beku atau mati, tapi hidup dan berkarya dan kita tampilkan dalam perbuatan kasih. Jadi, iman kita komunikasikan atau kita nyatakan di dalam hidup yang penuh kasih. Jemaat kristen perdana di Yerusalem telah membuktikan hal itu. Mereka memberi kesaksian akan Kristus yang mereka imani. Kesaksian itu tampak nyata dalam kebersamaan mereka yang penuh kasih: hidup sebagai saudara satu sama lain, berdoa bersama dan merayakan Ekaristi (lihat Kis 2,41-47).

Oleh karena itu amat penting kita perhatikan bagaimana hidup bersama atau persekutuan kita sebagai umat beriman. Hidup keluarga yang rukun dan damai dan penuh kasih otomatis memberi kesaksian akan iman seluruh anggota keluarga itu. Demikian juga kerukunan di stasi atau lingkungan merupakan pernyataan iman yang hidup seluruh umat di stasi atau lingkungan itu. Karena itu kehadiran di gereja pada hari minggu atau di lingkungan ketika doa lingkungan merupakan pernyataan kebersamaan dan persekutuan kita sebagai umat beriman. Kalau pada hari minggu kita tidak pergi ke gereja atau tidak hadir dalam doa lingkungan, kita tidak mengungkapkan diri sebagai satu persekutuan umat beriman yang berkumpul dan berdoa bersama seperti umat kristen perdana. Berarti kita tidak memberi kesaksian akan iman kita. Kehadiran kita di gereja atau dalam doa lingkungan merupakan ungkapan iman kita dan akan menguatkan iman sesama. Liturgi yang baik, menarik, menyentuh dan berkesan juga merupakan ungkapan dan kesaksian iman kita. Perhatian kita kepada orang kecil, miskin dan menderita mengungkapkan kasih nyata kita kepada sesama, yang didorong oleh iman.

Mgr. Ludovicus Simanullang
Share this article :

0 comments:

Tulis Komentar Anda

Gunakan Account Gmail untuk menuliskan komentar anda!

Bacaan Hari Ini

Popular Post

 
Dikelola Oleh : Biro KOMSOS
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2009. RELIGIOUS - All Rights Reserved
Religious | Membangun Gereja Mandiri, Solider dan Membebaskan.