Headlines News :
Home » » MINGGU BIASA 29 (B), 21 Oktober 2012

MINGGU BIASA 29 (B), 21 Oktober 2012

Written By Kireina on Saturday, October 20, 2012 | 9:54 PM

21 Oktober 2012
MINGGU BIASA 29 (B)


PEMIMPIN SEBAGAI PELAYAN
Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mk 10:35-45



Ulasan Bacaan:

Bacaan pertama hari ini merupakan kutipan dari nyanyian Hamba Yahwe yang keempat dalam nubuat Yesaya. Di dalamnya dilukiskan bahwa Hamba Tuhan itu rela menanggung sengsara demi orang lain. Orang bisa berpikir bahwa hamba itu kena kutuk. Tetapi sejatinya apa yang dia alami sungguh sesuai dengan kehendak Allah. Itulah wujud sejati penyerahan diri kepada kehendak Allah: mengorbankan diri demi orang lain. Hal yang sama ditekankan Yesus dalam bacaan Injil. Orang yang mau menjadi pemimpin harus rela menjadi pelayan. Wibawa dibangun bukan dengan duduk di atas takhta dan berkuasa atas yang lain, melainkan dengan memberi diri kepada yang lain sebagai pelayan. Orang yang ingin menjadi yang pertama harus rela menjadi yang terakhir. Karena itu Yesus mencela permintaan dua bersaudara, Yakobus dan Yohanes. Mereka meminta jaminan agar mereka bisa menduduki takhta di kiri kanan Yesus. Itu berarti mereka meminta kebesaran. Padahal semangat yang hendak ditanamkan Yesus adalah pelayanan. Sebab Dia sendiri datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Nampak bahwa kedua bersaudara itu belum sungguh sampai kepada semangat yang dicita-citakan Yesus.

Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:

Semangat pelayanan itulah yang sudah agak memudar dalam masyarakat bahkan Gereja kita sekarang ini. Banyak pemimpin tidak lagi bersedia melayani dengan tulus. Yang sering terjadi adalah: ada uang ada pelayanan. Jabatan tidak dikaitkan dengan pelayanan melainkan dengan kuasa. Orang yang mempunyai jabatan seolah-olah merasa diri berhak memeras orang lain. Yesus menanamkan semangat yang sebaliknya: melayani! Inilah yang mesti dianut oleh setiap pengikut Yesus. Kita sangat berharap bahwa orang-orang Kristen yang duduk di pemerintahan, misalnya, sungguh menunjukkan semangat melayani. Untuk itu, semangat pelayanan itu mesti kita bangun sungguh-sungguh di dalam persekutuan Gereja kita. Kita mesti rela untuk melayani satu dengan yang lain. Ajakan ini tentu terutama ditujukan bagi para pejabat Gereja, entah itu tertahbis ataupun tidak. Jika semangat pelayanan itu telah sungguh-sungguh dihidupi dalam persekutuan Gereja kita, dengan sendirinya umat yang menduduki takhta pemerintahan juga akan menganut semangat itu dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Semoga!
Share this article :

0 comments:

Tulis Komentar Anda

Gunakan Account Gmail untuk menuliskan komentar anda!

Bacaan Hari Ini

Popular Post

 
Dikelola Oleh : Biro KOMSOS
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2009. RELIGIOUS - All Rights Reserved
Religious | Membangun Gereja Mandiri, Solider dan Membebaskan.